Perpusku: Sejarah

Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

1/21/17

Sejarah Orde Baru

Pada tahun 1950-1960 Indonesia berada dalam kondisi yang tidak stabil. Keadaan politik dan ekonomi Indonesia masih lemah dikarenakan ketatnya persaingan kelompok-kelompok politik yang mementingkan tujuan masing-masing. Keamanan dan suhu pertikaian politik semakin meruncing dengan adanya persaingan antara ABRI dan Partai Komunis Indonesia yang ingin mempersenjatai diri. Partai Komunis Indonesia kemudian diberangus dari percaturan politik Indonesia pada tahun 1965. Hal ini mengakibatkan kekuasaan Presiden Soekarno perlahan-lahan pun melemah dan banyak pejabat yang tidak lagi mendukungnya. Soekarno dianggap telah banyak melakukan penyimpangan dalam menerapkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk melakukan koreksi total atas penyimpangan-penyimpangan ini, maka lahirlah Orde Baru.
Pengertian Orde Baru
Apakah yang dimaksud dengan orde baru? Orde Baru merujuk pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Dengan demikian Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.

Faktor-faktor Pendorong Lahirnya Orde Baru
Latar belakang lahirnya orde baru disebebakan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor Politik Pendorong Lahirnya Orde Baru
a. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.
b. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat
c. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili
d. Pembentukankesatuan aksi berupa Front Pancasila yang selanjutnya lebih dikenal dengan Angkatan 66 untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965
e. Kesatuan aksi Front Pancasila pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan tuntutan TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi :
- Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya
- Pembersihan Kabinet Dwikora
- Penurunan Harga-harga barang
f. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub)
g. Kegagalan sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak
h. Dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan
i. Pencabutan jabatan presiden dari Presiden SOekarno berdasarkan TAP MPRS No XXXIII / 1967 MPRS

2. Faktor Ekonomi Pendorong Lahirnya Orde Baru
a. Devaluasi nilai rupiah
b. Terjadinya inflai sebanyak 6xlipat
c. Mahalnya kebutuhan pokok dan bahan bakar

Lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966
Pada tanggal 11 Maret 1966 di Istana Negara diadakan Sidang Kabinet Dwikora yang telah disempurnakan yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno dengan tujuan untuk mencari jalan keluar terbaik agar dapat menyelesaikan krisis yang memuncak secara bijak. Ketika sidang tengah berlangsung, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana terdapat pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan, maka Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Waperdam II (Wakil Perdana Menteri II) Dr J. Laimena. Dengan helikopter, Presiden Soekarno didampingi Waperdam I, Dr Subandrio, dan Waperdam II Chaerul Saleh menuju Istana Bogor. Seusai sidang kabinet, Dr J. Laimena pun menyusul ke Bogor.

Tiga orang perwira tinggi yaitu Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud menghadap Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk minta izin akan menghadap presiden. Pada hari itu juga, tiga orang perwira tinggi sepakat untuk menghadap Presiden Soekarno di Istana Bogor dengan tujuan untuk meyakinkan kepada Presiden Soekarno bahwa ABRI khususnya AD tetap siap siaga mengatasi keadaan.

Di Istana Bogor Presiden Soekarno didampingi Dr Subandrio, Dr J. Laimena, dan Chaerul Saleh serta ketiga perwira tinggi tersebut melaporkan situasi di ibukota Jakarta. Mereka juga memohon agar Presiden Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi  keadaan. Darat untuk mengambil tindakan menjamin keamanan, ketenangan, dan kestabilan jalannya pemerintahan demi keutuhan bangsa dan Kemudian presiden mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan negara Republik Indonesia. Adapun yang merumuskan surat perintah tersebut adalah ketiga perwira tinggi, yaitu Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud bersama Brigadir Jenderal Subur, Komandan Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa. Surat itulah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar.

Ciri-Ciri Kebijakan Pemerintahan Orde Baru
Tindakan pemerintah Orde Baru di dalam negeri pada awal pemerintahan didasarkan pada usaha perbaikan ekonomi yang dilakukan
dengan pembangunan nasional, sedangkan yang ditujukan ke luar negeri pada awal pemerintahan adalah berusaha melaksanakan politik luar negeri bebas aktif sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945. Bukti konkret pelaksanaan politik bebas aktif, antara lain kembali menjadi anggota PBB, menghentikan konfrontasi dengan Malaysia, membentuk organisasi ASEAN, dan bergabung dengan lembaga-lembaga dunia lainnya.

Sebagai suatu masa pemerintahan, orde baru memiliki ciri-ciri kebijakan yang khas dalam berbagai bidang, diantaranya adalah dalam:
a. Bidang Politik
1. Lembaga kepresidenan terlalu dominan
2. Rendahnya kesetaraan diantara lembaga tinggi negara.
3. Rekruitmen politik yang tertutup
4. Birokrasi sebagai instrumen kekuasaan.
5. Kebijakan publik yang tidak transparan.
6. Sentralisasi kekuasaan.
7. Implementasi hak asasi yang masih rendah.

b.Bidang ekonomi
1. Kebijakan mengutamakan pertumbuhan ekonomi.
2. Pinjaman luar negeri.
3. Konglomerasi Dwi fungsi ABRI
4. Politik Luar Negeri yang bebas aktif

Pengaruh menguatnya Peran Negara pada Masa Orde Baru
a. Bidang Politik
1. Pemerintahahn yang otoriter
2. Pemerintahan yang dominantif
3. Pemerintahan yang sentralisasi.

b. Bidang Ekonomi
1. Terjadi kesenjangan sosial
2. Konglomerasi.
3. Terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Kebijakan-kebijakan Pemerintahan Orde Baru
Untuk melakukan perbaikan dan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan sebelumnya, pemerintahan orde baru melakukan perbaikan di bidang ekonomi dan politik. Diantara kebijakan-kebijakan orde baru tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Kebijakan Bidang Ekonomi
a. Membuat program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
b. Pengembangan sektor pertanian hingga menjadikan indonesia menjadi negara pengekspor besar terbesar di tahun 1970.
c. Pemerataan kesejahteraan penduduk melalui program-program penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan, keluarga berencana, pendidikan dasar, penyediaan air bersih, dan pembangunan perumahan sederhana

2. Kebijakan Bidang Politik
a. Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan organisasi massanya
b. Penyederhanaan partai politik berdasarkan ideologinya
c. Diadakannya pemilihan umum (Pemilu)
d. Pemberian peran ganda (dwi fungsi) ABRI
e. Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
f. Diadakannya Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua Barat.
g. Kembali menjadi anggota PBB
h. Normalisasi/pemulihan hubungan dengan Singapura dan Malaysia
i. Pembekuan hubungan dengan Republik Rakyat Tiongkok

3. Kebijakan Bidang Pendidikan
a. Dicanangkannya wajib belajar (wajar) 9 tahun
b. Dicanangkannya Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA)
c. Pendirian yayasan dan pemberian beasiswa Supersemar
d. Diadakannya program pembangunan SD Impres di daerah terpencil
e. Pemberantasan buta huruf dengan program Kolompok Belajar (Kejar)

Berakhirnya Orde Baru
Secar subtansial, berakhirnya pemerinatahn orde baru lebih di sebabkan karena ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi persoalan bangsa dan negara.
Faktor-faktor pendorong berakhirnya orde baru diantaranya adalah akibat:
1. Krisis moneter
Hal ini dikarenakan ketergantungan Indonesia pada modal asing dan barang-barang impor sangat tinggi. Hal ini diperparah dengan ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Krisis ekonomi
Krisis ekonomi pada masa orde baru ditandai dengan:
a. Lemahnya investasi sehingga dunia industri dan usaha mengalami keterpurukan
b. Produktifitas dunia industrimengalami penurunan sehingga PHK menjadi satu-satunya alternatif
c. Angaka pengangguran tinggi sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat menjadi sangat rendah
3. Krisis politik
Sebagian besar masyarakat hanya ingin kehidupan yang tertib, tenang, damai, adil, makmur, dll. Namun semua itu tidak bisa lepas dari pemerintahan Presiden Suharto. Oleh karena itu, jawaban yang paling realistik adalah menuntut Presiden Suahrto untuk turun dari jabatannya.
4. Krisis sosial
Krisis sosial pada masa pemerintahan orde baru terjadi karena adanya demonstrasi, kerusuhan, kekacauan, pembakaran, penjarahan, pengangguran, dan PHK.
5. Krisis hukum
Kekuasaan kehakiman yang merdeka dari kekuasaan pemerinath belum dapat di realisasikan. Bahkan dalam praktiknya, kekuasaan kehakiman menjadi pelayanan lepentinagn para penguasa dan kroni-kroninya.
Memang harus di akui bahwa sistem peradialan pada masa orde baru tidak dapat dijadiakn barometeruntuk mewujudkan pemerintahan yantg bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Presiden Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia. Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan Era Reformasi.

1/20/17

Ciri-ciri Sinanthropus lantianensis (Homo erectus lantianensis)

Sinanthropus lantianensis ditemukan di Lantian Country Cina bagian barat laut oleh arekeolog Woo Ju Kang (J.K. Woo). Sinanthropus lantianensis sekarang disebut dengan nama Homo erectus lantianensis. Lantianensis ditemukan tahun 1963, tapi baru di publikasikan pada tahun 1964.
Ciri-ciri Sinanthropus lantianensis (Homo erectus lantianensis)
 Diperkirakan, manusia Lantian hidup sekitar 800 ribu tahun yang lalu. Fragmen pertama yang di temukan adalah mandibula (tulang rahang). Sinanthropus lantianensis diperkirakan mempunyai volume otak sekitar 780cc, hampir sama dengan Homo Erectus.

Ada sesuatu yang mencengangkan para arkeologi di Gua Chou Kou Tien, yaitu ditemukannya 12 batok kepala, lebih dari 150 buah gigi dalam kondisi utuh. Dalam lokasi temuan Sinanthropus lantianensis banyak terdapat artefak yang diserpih dengan rapi seperti batu dan abu. Temuan ini menandakan bahwa Sinanthropus lantinensis atau dikenal juga dengan nama Manusia Lantian, sudah memiliki kemampuan menggunakan peralatan dan membuat api.

 Ciri-ciri Sinanthropus lantianensis
Sinanthropus lantianensis merupakan subspecies dari Homo erectus, oleh karena itu ciri-ciri Sinanthropus lantianensis tidak banyak berbeda dengan Homo erectus dan Sinanthropus pekinensis. Diantara ciri-ciri Sinanthropus lantianensis adalah sebagai berikut.
1. Ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan Homo erectus
2. Tulang kening lebih menonjol
3. Orbit mata berbentuk persegi
4. Pipi dari Sinanthropus lantianensis lebar dan menonjol
5. Mulut agak menjorok ke depan
6. Bentuk tengkorak Sinanthropus lantianensis pendek dan memanjang
7. Berdahi datar
8. Sinanthropus lantianensis mempunyai gigi, rahang dan tulang mengunyah yang sudah menyusut
9. Otak Sinanthropus lantianensis lebih maju dari Meganthropus dan juga Pithecanthropus
10. Mempunyai ciri ciri seperti ras mongoloid dan austramelanosoid
11. Berlengan pendek (mengindikasikan kemampuan memanjatnya yang sudah hilang)
12. Berkaki panjang, yang memungkinkan berjalan diatas dua kaki

10/16/16

Indonesia pada Masa Penjajahan Inggris

Keberhasilan Inggris mengalahkan Prancis di Eropa menyebabkan kekuasaan Belanda atas Indonesia bergeser ke tangan Inggris. Untuk itulah ditandatangani Kapitulasi Tuntang (1811) yang isinya Belanda menyerahkan Indonesia ke tangan Inggris dari tangan Jansens kepada Thomas Stamford Raffles, seorang Letnan Gubernur Jenderal Inggris untuk Indonesia. Raffles adalah seorang liberalis juga seorang terpelajar yang berusaha memajukan ilmu pengetahuan bagi masa depan. Dia tertarik pada sejarah, kebudayaan, dan seni. Hasil penyelidikannya dikumpulkan dalam buku History of Java (1817). Ia juga menghidupkan kembali perkumpulan para ahli ilmu pengetahuan (Bataviaasch Genootschap). Ia juga membangun penelitian kebun pertanian (sekarang Kebun Raya di Bogor). Ia juga menemukan bunga bangkai yang diberi nama Rafflesia arnoldii yang berada di Kebun Raya Bogor tersebut
Kebun Raya Bogor Raffles

Karena keberhasilan Inggris dalam mengalahkan Prancis, beralihlah Indonesia dari tangan Belanda ke tangan Inggris.
Adapun langkah-langkah yang diambil Raffles dalam pemerintahannya adalah:
a. membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan,
b. para bupati dijadikan pegawai negeri,
c. melaksanakan perdagangan bebas,
d. melaksanakan land rente(pajak sewa tanah) dan Raffles menjual tanah kepada swasta,
e. menghapuskan perbudakan, dan
f. kekuasaan para raja dikurangi. Di Yogyakarta, Pangeran Notokusumo diangkat sebagai Paku Alam (1813). Akibatnya, Mataram Yogyakarta pecah menjadi dua, yaitu Kasultanan Yogyakarta di bawah HB III dan Paku Alaman di bawah Paku Alam I.

Pada waktu Indonesia dijajah Inggris, pusat kekuasaan Inggris di Timur jauh adalah Kalkuta, India, dengan Lord Minto sebagai gubernur jenderalnya.
Pada tanggal 13 Agustus 1814, di Eropa ditandatangani Perjanjian London oleh Inggris dan Belanda yang isinya Belanda memperoleh kembali sebagian besar daerah koloninya, termasuk Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 1816, Raffles meninggalkan Indonesia dan Belanda kembali berkuasa di Indonesia. Kekuasaan Inggris atas Indonesia hanya selama 5 tahun, yaitu dari tahun 1811-1816.

Indonesia pada Masa Penjajahan Belanda I

Tahun 1807 – 1811, Indonesia dikuasai oleh Republik Bataaf bentukan Napoleon Bonaparte, penguasa di Prancis, karena Belanda menjadi jajahan Prancis. Napoleon Bonaparte mengangkat Louis Napoleon menjadi wali negeri Belanda dan negeri Belanda diganti namanya menjadi Konikrijk Holland. Untuk mengurusi Indonesia, Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels menjadi gubernur jenderal di Indonesia (1808 – 1811). Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Jawa dari serangan Inggris sehingga pusat perhatian Daendels ditujukan kepada pertahanan dan keamanan.
Jalan Anyer Panarukan

Adapun langkah-langkah yang ditempuh Daendels sebagai berikut.
a. Membentuk tentara gabungan yang terdiri atas orang-orang Bugis, Makassar, Bali, Madura, dan Ambon.
b. Menjadikan kota Batavia sebagai benteng pertahanan.
c. Membuat galangan beserta kapalnya di Surabaya.
d. Membangun pelabuhan Cirebon, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Merak.
e. Membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1000 km. Pembangunan jalan ini menyebabkan ribuan orang mati karena kelelahan, siksaan, kelaparan, dan penyakit. Daendels tidak pernah mau menghiraukan penderitaan rakyat sehingga ia mendapat julukan jenderal guntur.

Untuk memperoleh dana, Daendels menjual tanah-tanah kepada orang-orang swasta. Akibatnya, tanah-tanah partikelir mulai bermunculan di sekitar Batavia, Bogor, Indramayu, Pamanukan, Besuki, dan sebagainya. Bahkan, rumahnya sendiri di Bogor dijual kepada pemerintah, tetapi rumah itu tetap ditempatinya sebagai rumah tinggalnya. Tindakan dan kekejaman Daendels tersebut menyebabkan raja-raja Banten dan Mataram memusuhinya.

Untuk menutup utang-utang Belanda dan biaya-biaya pembaharuan tersebut, Daendels kembali menjual tanah negara beserta isinya kepada swasta, sehingga timbullah sistem tuan tanah di Jawa yang bertindak sebagai raja daerah, misalnya di sekitar Batavia dan Probolinggo.

Kekejaman Daendels tersebut terdengar sampai ke Prancis. Akhirnya, dia dipanggil pulang karena dianggap memerintah secara autokrasi dan Indonesia diperintah oleh Jansens.

Indonesia pada Masa VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)

Setelah bangsa Belanda berhasil menanamkan kekuasaan perdagangan dan ekonomi di Indonesia maka pada tanggal 20 Maret 1602 Belanda membentuk kongsi dagang VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang dianjurkan oleh Johan van Olden Barnevelt yang mendapat izin dan hak istimewa dari Ratu Belanda. Alasan pendirian VOC adalah adanya persaingan di antara pedagang Belanda sendiri, adanya ancaman dari komisi dagang lain, seperti (EIC) Inggris, dan dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Untuk mendapatkan keleluasaan usaha di Indonesia, VOC memiliki hak oktroi (octroi), yaitu hak istimewa. Akan tetapi, VOC harus tetap tunduk kepada pemerintah di Negara Belanda.
VOC Vereenigde Oostindische Compagnie

Hak oktroi VOC meliputi:
1. hak monopoli perdagangan,
2. hak memiliki tentara,
3. hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja di
Indonesia,
4. hak mencetak uang,
5. hak untuk mengumumkan perang, dan
6. hak mendirikan benteng

Tujuan Didirikannya VOC
Adapun tujuan pendirian VOC adalah menghindari persaingan dagang antarpenguasa Belanda, mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, dan bersaing dengan bangsa lain. Di samping itu, VOC juga melakukan pelayaran Hongi, yakni misi pelayaran Belanda yang ditugasi mengawasi, menangkap, dan mengambil tindakan terhadap para pedagang dan penduduk pribumi yang dianggapnya melanggar ketentuan perdagangan Belanda. Pada saat itu, produksi rempah-rempah di Maluku meningkat hingga kelebihan produksi. Untuk itu, VOC mendapat hak eksterpasi, yakni hak untuk menebang tanaman rempah-rempah yang dianggap kelebihan jumlahnya dengan tujuan untuk menstabilkan harga (harga rempah-rempah tetap tinggi).

VOC juga mendapat hak memungut pajak yang disebut:
a. Verplichte Leverantie,yaitu kewajiban bagi raja pribumi untuk membayar pajak hasil bumi kepada Belanda;
b. Contingenten,yaitu pajak sewa tanah yang harus dibayar rakyat dengan hasil bumi.

Sejarah VOC
Pengurus VOC semula hanya 60 orang, tetapi dianggap terlalu banyak sehingga diadakan pemilihan pengurus dan hanya tinggal 17 orang yang diambil dari beberapa kota. Mereka yang terpilih menjadi pengurus disebut Dewan 17 (De Heeren Seventien atau Tuan-Tuan 17) dan ketika VOC banyak urusannya maka Dewan 17 mengangkat Gubernur Jenderal (Raad van Indie) Pieter Both pada tahun 1610. Ia adalah Gubernur Jenderal VOC yang pertama di Indonesia. Usaha VOC semakin berkembang pesat (1623) dan berhasil menguasai rempahrempah di Ambon dalam peristiwa Ambon Massacre. Selanjutnya tahun 1641, VOC berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis. VOC selalu menggunakan Batigslot Politiek(politik mencari untung, 1602 – 1799) dengan memegang monopoli Belanda di Indonesia. Selain itu, VOC menjalankan politik devide et impera,yakni sistem pemecah belah di antara rakyat Indonesia. VOC mampu menguasai Indonesia pada masa itu disebabkan oleh:
a. VOC adalah organisasi dagang yang tertib dan para pengurusnya bekerja keras sehingga maju dengan pesat,
b. banyak kerajaan di Indonesia yang mudah dikuasai VOC karena politik adu domba, dan
c. para pedagang di Nusantara belum memiliki kesatuan dan persatuan yang kuat.

Ada beberapa bukti politik adu domba VOC yang berhasil menguasai kerajaan
Nusantara.
a. VOC berhasil membantu Sultan Haji dalam merebut Banten dari tangan Sultan Ageng Tirtayasa.
b. Dalam permusuhan antara Aru Palaka (Raja Bone) dan Hasanuddin (Sultan Makassar), VOC membantu Aru Palaka sehingga terjadilah Perjanjian Bongaya yang menyebabkan Makassar jatuh ke tangan VOC.
c. VOC berhasil memecah belah Mataram menjadi tiga: kasunanan, kesultanan, dan mangkunegaran.

Faktor-Faktor Kemunduran VOC
Perjalanan kongsi dagang VOC lama kelamaan mengalami kemunduran, bahkan VOC runtuh pada tanggal 31 Desember 1799. Kemunduran VOC disebabkan hal-hal berikut.
a. Perang-perang yang dilakukan membutuhkan biaya yang besar padahal hasil dari bumi Indonesia telah terkuras habis dan kekayaan Indonesia sudah telanjur terkirim ke negeri Belanda. VOC tidak kuat lagi membiayai perang-perang tersebut.
b. Kekayaan menyebabkan para pegawai VOC melupakan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab mereka terhadap pemerintah dan masyarakat. Untuk lebih memperkaya diri, mereka melakukan tindak korupsi. Merajalelalah korupsi di Indonesia maupun di negeri Belanda.
c. Terjadinya jual beli jabatan. Seorang VOC yang ingin pulang ke negerinya karena sudah terlampau kaya atau pensiun dapat menjual jabatannya kepada orang lain dengan harga tinggi. Hal ini akan menjadi sistem suap yang merajalela.
d. Tumbuhnya tuan-tuan tanah partikelir. Pemerintah yang kekurangan biaya untuk membiayai pemerintahannya dan perang terpaksa menjual tanah-tanah yang luas kepada orang-orang partikelir dengan hak pertuanan.
e. Kekurangan biaya tersebut tidak dapat ditutup dengan hasil penjualan tanah saja, VOC harus juga mencari pinjaman. Akibatnya, utang VOC semakin besar.
f. Pada akhir abad ke-18, VOC tidak mampu lagi memerangi pedagang-pedagang Eropa lainnya (Inggris, Prancis, Jerman) yang dengan leluasa berdagang di Nusantara sehingga monopoli VOC hancur.

Keberadaan VOC sudah tidak dapat dipertahankan lagi sehingga harta milik dan utang-utangnya diambil alih oleh pemerintah negeri Belanda. Pemerintah kemudian membentuk Komisi Nederburg untuk mengurusinya, termasuk mengurusi wilayah VOC di Indonesia (1800 – 1907).

Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha Terhadap Seni Sastra

Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan memengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata dan Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian (juga disebut parwa) yang digubah dalam bentuk syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 sloka. Sebagian besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan besar antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa Dwipayana. Akan tetapi, para ahli sejarah beranggapan bahwa lebih masuk akal jika kitab itu merupakan kumpulan berbagai cerita brahmana antara tahun 400 SM sampai 400 M.
Pallava Alphabeth

Kitab Ramayana dikarang oleh Walmiki. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid (kanda) dan digubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi perjuangan Rama dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta (Sita), yang diculik oleh Rahwana. Dalam perjuangannya, Rama yang selalu ditemani Laksmana (adiknya) itu mendapat bantuan dari pasukan kera yang dipimpin oleh Sugriwa. Selain itu, Rama juga dibantu oleh Gunawan Wibhisana, adik Rahwana yang diusir oleh kakaknya karena bermaksud membela kebenaran (Rama). Perjuangan tersebut menimbulkan peperangan besar dan banyak korban berjatuhan. Di akhir cerita, Rahwana beserta anak buahnya gugur dan Dewi Sinta kembali kepada Rama.

Karya Sastra Indonesia yang Dipengaruhi Kebudayan Hindu Buddha antara lain adalah:
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada zaman kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada zaman kerajaan Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada zaman kerajaan Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada zaman kerajaan Majapahit.

Akulturasi di bidang sastra dapat dilihat pada adanya modifikasi cerita-cerita asli India dengan unsur tokoh-tokoh Indonesia serta peristiwa-peristiwa yang seolah-olah terjadi di Indonesia. Contohnya adalah penambahan tokoh punakawan (Semar, Bagong, Gareng, Petruk) dalam kisah Mahabharata. Bahkan, dalam literatur-literatur keagamaan Hindu-Buddha di Indonesia sulit kita temukan cerita asli seperti yang ada di negeri asalnya. Pengaruh kebudayaan India yang dipertahankan dalam kesusastraan adalah gagasan, konsep, dan pandangan-pandangannya.

Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha Terhadap Seni Rupa

Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Kala Makara Candi

Pola hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur melingkar menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang naik horizontal maupun vertikal. Ada juga bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala), merah (padam), dan putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak dibedakan berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda. Khususnya pada dinding candi di Jawa Tengah, terdapat hiasan pohon kalpataru (semacam beringin) yang diapit oleh dua ekor hewan atau sepasang kenari.

Beberapa candi memiliki relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap daerah memiliki keunikan. Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya berbentuk gepeng (dua dimensi). Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yang dalam sehingga memberi kesan tiga dimensi. Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan tiga dimensi.
Relief Candi Prambanan
Relief-relief yang penting sebagai berikut.
a. Relief candi Borobudur menceritakan Kormanibhangga, menggambarkan perbuatan manusia serta hukum-hukumnya sesuai dengan Gandawyuha (Sudhana mencari ilmu).
b. Relief candi Roro Jonggrang menceritakan kisah Ramayana dan Kresnayana.

Seni patung yang berkembang umumnya berupa patung atau arca raja pada sebuah candi. Raja yang sudah meninggal dimuliakan dalam wujud arca dewa. Contoh seni patung hasil kebudayaan Hindu-Buddha kini dapat kita saksikan di candi Prambanan (patung Roro Jonggrang) dan di Museum Mojokerto (Jawa Timur). Salah satu koleksi museum tersebut yang terindah adalah patung Airlangga (perwujudan Wisnu) dan patung Ken Dedes.

Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha Terhadap Seni Bangunan

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat dilihat dengan jelas pada candi-candi. Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama Hindu dan candi dalam agama Buddha. dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam. Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.

Meski difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti mayat atau abu jenazah dikuburkan dalam candi. Benda yang dikuburkan atau dicandikan adalah macam-macam benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap sebagai lambang zat jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya. Pripih ini diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan patung dewa sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan raja itu umumnya adalah Syiwa atau lambang Syiwa, yaitu lingga. Pada candi Buddha, tidak terdapat pripih dan arca perwujudan raja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Candi Singosari Prambanan Jago Hindu Buddha Borobudur

Bagian-bagian Candi
Bangunan candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap.
a. Kaki candi berbentuk persegi (bujur sangkar). Di tengah-tengah kaki candi inilah ditanam pripih.
b. Tubuh candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudan. Dinding luar sisi bilik diberi relung (ceruk) yang berisi arca. Dinding relung sisi selatan berisi arca Guru, relung utara berisi arca Durga, dan relung belakang berisi arca Ganesha. Relung-relung untuk candi yang besar biasanya diubah.
c. Atap candi terdiri atas tiga tingkat. Bagian atasnya lebih kecil dan pada puncaknya terdapat lingga atau stupa. Bagian dalam atap (puncak bilik) ada sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu segi empat dengan gambar teratai merah, melambangkan takhta dewa. Pada upacara pemujaan, jasad dari pripih dinaikkan rohnya dari rongga atau diturunkan ke dalam arca perwujudan. Hiduplah arca itu menjadi perwujudan almarhum sebagai dewa.

Candi-cadi Hindu dan Buddha di Indonesia
Bangunan candi di Indonesia yang bercorak Hindu, antara lain, candi Prambanan, candi Sambisari, candi Ratu Boko, candi Gedongsongo, candi Sukuh, candi Dieng, candi Jago, candi Singasari, candi Kidal, candi Panataran, candi Surawana, dan gapura Bajang Ratu. Bangunan candi yang bercorak Buddha, antara lain, candi Borobudur, candi Mendut, candi Pawon, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, dan candi Muara Takus.

Beberapa peninggalan bangunan lain yang menyerupai candi sebagai berikut.
a. Patirtan atau pemandian, misalnya, patirtan di Jalatunda dan Belahan (lereng Gunung Penanggungan), di candi Tikus (Trowulan), dan di Gona Gajah (Gianyar, Bali).
b. Candi Padas di Gunung Kawi, Tampaksiring. Di tempat ini terdapat sepuluh candi yang dipahatkan seperti relief pada tebing-tebing di Pakerisan.
c. Gapura yang berbentuk candi dan memiliki pintu keluar masuk. Contoh candi semacam ini adalah candi Plumbangan, candi Bajang Ratu, dan candi Jedong.
d. Jenis gapura lainnya yang berbentuk seperti candi yang dibelah dua untuk jalan keluar masuk. Contoh candi semacam ini adalah candi Bentar dan candi Wringin Lawang.

4/23/16

Perbandingan Konsep Kekuasaan Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Kerajaan-kerajaan Islam

Adanya sistem pemerintahan pada masyarakat telah dikenal sejak zaman pra sejarah. Sistem tersebut mengacu pada hubungan antara penguasa dengan rakyat. Penguasa yang disebutkan di sini ialah seorang yang disegani dan dihormati oleh karena kelebihannya dari masyarakat yang lain, baik itu berupa kesaktian, ilmu, dan lain-lain. Biasanya penguasa atau pemimpin yang kurang lebih setingkat desa di zaman pra-sejarah dipilih oleh masyarakatnya sendiri. Struktur ini merupakan struktur pemerintahan sederhana yang terdapat di zaman pra-sejarah sebelum masuknya pengaruh Hindu, Budha, maupun Islam.

Perbandingan Konsep Kekuasaan Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Kerajaan-kerajaan Islam
Akan tetapi, seiring dengan masuknya paham agama Hindu, Buddha, dan Islam ke Indonesia, maka berganti pulalah sistem pemerintahan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Berikut ini adalah perbandingan konsep kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.

1. Konsep Kekuasaan di Kerajaan-kerajaan Bercorak Hindu-Buddha
Sejak zaman Prasejarah, yaitu sebelum masuknya pengaruh Hindu Buddha, sebenarnya telah terdapat semacam pola atau sistem tertentu dalam hubungan antara "pemimpin" dan "rakyat". Pada zaman Megalitikum telah terdapat struktur pemerintahan yang sederhana. Seorang pemimpin masyarakat yang kurang lebih setingkat dengan desa dipilih berdasarkan asas primus interpares, artinya pemimpin dipilih dari orang yang memiliki kelebihan dan keunggulan dari yang lain (disegani dan sakti) sehingga mampu melindungi dan mengayomi masyarakatnya.

Dengan adanya pengaruh Hindu Buddha dari India menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap kebudayaan Indonesia asli. Pengaruh Hindu Buddha bukan saja mengantarkan bangsa Indonesia memasuki zaman Sejarah, tetapi juga membawa perubahan dalam susunan masyarakatnya, yakni timbulnya kedudukan raja dan bentuk pemerintahan kerajaan. Dengan demikian, pola kepemimpinan yang ada kemudian meningkat menjadi sistem kerajaan. Itulah sebabnya kemudian muncul sebutan raja. Untuk memperkuat kedudukan raja maka ada kebiasaan untuk mengundang brahmana untuk pentasbihan (abhiseka= penobatan), dan sekaligus menjadikannya sebagai penasihat spiritual raja.

Selanjutnya untuk menjaga kelestarian suatu kekuasaan maka muncul prinsip geneology kinship (keturuan). Artinya yang berhak menjadi raja adalah keturunannya. Di samping itu, menurut konsep Jawa orang yang menjadi raja ialah orang yang mendapatkan "wahyu". Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan raja itu datangnya dari "atas" (Dewa = Tuhan). Dengan berlandaskan ajaran Hindu Buddha maka muncullah "kultus dewa raja", dalam pengertian kekuasaan raja seperti dewa. Raja dianggap sebagai penjilmaan dewa sehingga apa yang dikatakan raja adalah benar, "sabda pandita ratu datan kena wola-wali".

Dengan demikian, pengaruh Hindu–Buddha turut membentuk konsep kekuasaan yang berpusat pada raja dan muncullah "kultus dewa raja". Kekusaan raja sangatlah besar, raja berwenang memerintah seluruh negara (menang wisesa sa nagari). Di balik kekuasaannya yang besar raja juga harus mengimbangi dengan kewajibannya yang besar pula, yakni mampu melindungi rakyatnya sehingga tercipta kedamaian dan ketentraman.

Oleh karena itu, kemudian muncul suatu konsep tentang idealnya seorang raja, yakni harus memiliki sifat "Astabrata" atau delapan kebajikan sebagai seorang pemimpin seperti yang dimiliki oleh delapan dewa dalam kepercayaan Hindu, seperti berikt ini:

a. Memiliki jiwa dermawan, sifat Dewa Indra;
b. Memiliki kemampuan untuk menekan semua kejahatan, sifat Dewa Yama;
c. Memiliki kebijaksanaan, sifat Dewa Surya;
d. Memiliki sifat kasih sayang, welas asih terhadap rakyat, sifat Dewa Candra;
e. Memiliki pandangan yang luas dan tajam, sifat Dewa Bayu;
f. Mampu menciptakan keamanan, ketenteraman dan kesejerahteraan, sifat Dewa Kuwera;
g. Mampu menghadapi berbagai macam kesulitan, sifat Dewa Baruna;
h. Memiliki keberanian yang menyala-nyala dan tekad yang bulat, sifat Dewa Brahma.

2. Konsep Kekuasaan di Kerajaan-Kerajaan Islam
Jika masa Hindu–Buddha, konsep kekuasaan diwarnai oleh nilai-nilai religius Hindu–Buddha sehingga muncul kultus dewa raja maka pada masa kerajaan-kerajaan Islam, konsep kekuasaan juga diwarnai nilai-nilai religus, yakni islamisme. Raja pada masa kerajaan-kerajaan Islam menggunakan gelar sultan atau susuhunan. Sultan adalah istilah dalam bahasa Arab yang jika di indonesiakan sama dengan raja yakni penguasa kerajaan. Susuhunan dari kata suhun yang artinya terhormat, disembah/dipuji.

Jika pada masa Hindu–Buddha para brahmana berperan sebagai penasihat raja maka pada masa Islam yang menjadi penasihat raja ialah pada wali/sunan atau kiai. Raja pada masa Islam juga memiliki kekuasaan yang besar sepertipada masa kerajaan-kerajaan Hindu–Buddha. Bahkan, untuk raja-raja Jawa umumnya dan Mataram Islam khususnya, muncul konsep keagung-binatharaan.

Dalam dunia pewayangan kekuasaan yang besar itu bisa digambarkan sebagai gung binathara bau dhendha nyakrawati (sebesar kekuasaan dewa, pemelihara hukum dan penguasa dunia). Raja tidak hanya berkuasa di bidang politik, tetapi juga di bidang agama sehingga muncul gelar Sayidin Panatagama.

Raja yang dikatakan baik adalah raja yng menjalankan kekuasaannya dalam keseimbangan antara kewenangannya yang besar dan kewajibannya yang besar juga. Konsep itulah yang disebut ke-agungbinatharaan, yakni berbudi bawa leksana, ambeg adil para marta, (meluap budi luhur mulia dan sikap adilnya terhadap sesama).

Selain itu, tugas raja adalah anjaga tata titi tentreming praja (menjaga keteraturan dan ketenteraman hidup rakyat) supaya tercapai suasana karta tuwin raharja (aman dan sejahtera). Jika diibaratkan sama dengan konsep Hindu Buddha berupa astabrata. Selanjutnya, untuk pembinaan kekuasaan dilakukan dengan menyusun silsilah (silsilah politik) sebagai garis keturunan yang berhak menggantikan takhta kerajaan.

4/21/16

Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu, Buddha, dan Islam di Indonesia

Sebelum datangnya pengaruh Hindu–Buddha dan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah mengenal kehidupan religius yang dijadikan pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupannya. Hampir setiap kegiatan selalu dilandasi dengan upacara religius, baik dalam kegiatan mata pencaharian, adat istiadat perkawinan, tata cara penguburan, selamatan-selamatan (Jawa=slametan), maupun dalam kehidupan lainnya. Mereka patuh menjalankan pranata-pranata yang berbau religius dan magis tersebut karena mereka beranggapan bahwa apabila terjadi pelanggaran akan mendapatkan kutukan dari arwah nenek moyang yang dampaknya akan mendatangkan bencana terhadap warga masyarakatnya.

Tradisi kehidupan religius ini semula bentuknya masih sangat sederhana (sebelum pengaruh Hindu–Buddha merupakan tradisi lokal) sehingga ketika pengaruh Hindu–Buddha masuk ke Indonesia, tradisi lokal ini tidak musnah melainkan justru makin berkembang. Hal ini dikerenakan pengaruh Hindu–Buddha juga menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat setempat, hanya saja cara-cara dan upacara religusnya bersumberkan pada ajaran Hindu–Buddha.

Demikian juga ketika pengaruh Islam masuk juga ikut mewarnai kehidupan tradisi-tradisi yang ada di Indonesia. Segala aktivitas kehidupan masyarakat yang menganut agama Islam, bersumber pada ajaran agama Islam. Dengan demikian dari masa Purba sampai dengan masuknya pengaruh Islam, kehidupan tradisi-tradisi tersebut masih tetap berlangsung dan mendapat tempat sendiri-sendiri di kalangan masyarakat sesuai dengan kondisi daerah dan tingkat kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Bentuk-bentuk perpaduan antara tradisi lokal, Hindu–Buddha, dan Islam di dalam kehidupan masyarakat, antara lain sebagai berikut.

1. Pertunjukan Wayang
Salah satu bentuk tradisi warisan nenek moyang kita ialah pertunjukan wayang yang mampu bertahan berabad-abad lamanya dan mengalami perubahan serta perkembangan sampai dengan bentuknya yang sekarang. Fungsi pertunjukan wayang sepanjang perjalanan sejarahnya tidaklah tetap dan bergantung pada kebutuhan tuntutan.

Pertunjukan wayang pada mulanya merupakan upacara pemujaan arwah nenek moyang. Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk maka pertunjukan wayang mengalami perkembangan. Pertunjukan wayang kemudian banyak menyadur dari pengaruh Hindu-Buddha dengan mengambil cerita dari Mahabarata dan Ramayana. Ketika pengaruh Islam masuk, pertunjukan wayang makin berkembang dan bersumberkan pada ajaran agama Islam. Para Wali Sanga, khusus Sunan Kalijaga menggunakan pertunjukan wayang sebagai media dakwah.
Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu, Buddha, dan Islam di Indonesia
Jadi, pertunjukan wayang di samping sebagai sarana pendidikan, komunikasi, dan hiburan rakyat juga digunakan untuk menyebarkan agama Islam. Bahkan, sampai zaman modern sekarang ini dengan berbagai peralatan yang canggih, pertunjukan wayang masih tetap eksis sebagai sarana pendidikan, hiburan, dan komunikasi yang efektif untuk menunjang pembangunan.

Catatan:
Jenis wayang, antara lain wayang kulit, wayang orang (Jawa = wong), wayang klithik, wayang gedhog, wayang golek, dan wayang beber.
Perlengkapan untuk pertunjukan wayang, antara lain dalang, warangggana (pesinden), blencong (lampu), kotak tempat wayang, kepyak, gamelan, rebab, dan suling.

2. Upacara Penguburan
Adat dan tata cara penguburan di Indonesia berbeda di setiap daerah sehingga banyak sekali ragamnya. Hal ini wajar mengingat bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, dan kepercayaan dengan adat istiadat yang berbeda pula.

Ada berbagai cara perawatan jenazah selain penguburan, misalnya jenazah dibakar (dikremasi), dibiarkan hancur di alam terbuka, atau disimpan di bangunan khusus dan sebagainya. Ada yang menentukan jenazah segera dikuburkan pada hari kematian seperti yang dilakukan di kalangan penganut agama Islam. Ada juga yang mengharuskan orang menanti berminggu-minggu, bahkan bulanan sebelum jenazah dikuburkan.

Dalam hal ini upacara penguburan mempunyai beberapa tahapan. Suatu upacara biasanya disertai dengan mengorbankan sejumlah hewan ternak sesuai dengan tingkat sosial ekonomi pada masyarakatnya. Adat penguburan seperti ini dikenal pada suku Nias, Batak, Sumba, dan Toraja. Penyelenggaraan adat kematian dan upacara penguburan seperti itu menelan biaya yang besar sehingga beban itu dipikul oleh segenap keluarga dan dibantu oleh para tetangganya. Berbagai adat dan tatacara penguburan yang ada di Indonesia , antara lain sebagai berikut.

a. Tradisi Penguburan Suku Toraja
Menurut kepercayaan suku Toraja, jika seseorang meninggal (untuk masuk ke alam baka) diselenggarakan upacara sesuai dengan kedudukan di masa hidupnya. Itulah sebabnya penguburan orang terpandang selalu diselenggarakan secara besar-besaran dengan upacara lengkap dan disertai menyembelih kerbau dan babi hingga puluhan ekor jumlahnya.

Kuburan orang Toraja berupa lubang yang dipahatkan pada dinding batu di lereng gunung yang terjal. Dengan meniti tangga bambu sederhana yang disandarkan di tebing empat sampai dengan enam orang membawa peti itu merayap ke atas menuju liang kubur yang telah disiapkan. Sesampainya di lubang kubur jenazah diletakkan dalam posisi berdiri dengan wajah menghadap lembah yang indah.

b. Pada Masyarakat Purba
Sebelum terkena pengaruh Hindu–Buddha maka adat dan tata cara penguburan orang meninggal sangat sederhana, yakni mayat hanya diletakkan di peti mayat atau kubur batu. Untuk tokoh masyarakat atau kepala suku sebagai orang yang dihormati dan disegani dibuatkan arca atau tugu sebagai peringatan yang dikenal dengan istilah arca nenek moyang. Untuk selanjutnya muncullah tradisi pemujaan terhadap roh nenek moyang.

c. Upacara Ngaben
Pada zaman Hindu–Buddha banyak upacara adat yang kemudian dikombinasikan dengan upacara keagamaan. Pada masyarakat Bali yang sebagian besar rakyatnya menganut agama Hindu, upacara kematian didasari oleh kepercayaan bahwa manusia yang mati dapat menitis kembali. Untuk mempercepat proses kesempurnaan jasad orang yang meninggal maka jenazah harus dibakar. Upacara pembakaran mayat tersebut dikenal dengan nama Ngaben. Setelah pembakaran selesai, abu mayat dihanyutkan dalam sungai atau laut.

d. Masyarakat Jawa
Pada masyarakat Jawa yang sebagian besar beragama Islam, upacara adat kematian dan penguburan masih diwarnai oleh tata cara Hindu, Buddha, dan kebudayaan asli kejawen. Sebagian penduduk yang menganut ajaran Islam Muhammadiyah menghilangkan tata upacara selain yang diajarkan dalam agama Islam. Namun, secara umum campuran berbagai tata upacara itu masih berlaku sampai sekarang.

Seperti halnya pada kelahiran, khitanan, dan perkawinan maka pada kematian pun tata cara upacara diikuti rangkaian selamatan dan sesaji. Misalnya, pada hari kematian disebut hari geblag, selanjutnya sesaji terus diadakan pada hari ketiga (nelung dina), hari ketujuh (mitung dina), hari keempat puluh (matang puluh dina), hari ke seratus (nyatus), satu tahun (mendak pisan), dua tahun (mendak pindo), dan seribu hari (nyewu). Pada setiap upacara selamatan dilakukan tahlilan atau pemanjatan doa untuk memohonkan ampun bagi orang yang telah meninggal.

3. Upacara Labuhan
Tradisi upacara labuhan dilaksanakan setiap tahun sekali oleh kerabat Keraton Yogyakarta yang biasanya dilaksanakan pada hari penobatan dan pada waktu ulang tahun penobatan raja (tingalan dalem). Upacara labuhan diselenggarakan di empat tempat yakni di Parangkusumo, Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Dlepih.
Upacara Labuhan
Hal ini dilatar belakangi bahwa tempat-tempat tersebut pada zaman dahulu digunakan oleh raja-raja Mataram untuk bertapa dan berhubungan dengan roh halus. Upacara ini merupakan tradisi turun temurun sejak Mataram di bawah pemerintahan Panembahan Senopati sampai sekarang.

Catatan:
Labuhan adalah upacara mengirimkan (melabuh) barang-barang dan sesaji ke tempat-tempat yang dianggap keramat dengan maksud sebagai penolak balak dan untuk keselamatan masyarakat.

4. Tradisi Garebeg dan Sekaten
Garebeg atau anggerebeg berarti pengawalan terhadap seorang pembesar yang penting, seperti seorang raja. Pada upacara tersebut Raja Yogyakarta dan Raja Surakarta menampakkan diri di Sitinggil dan dikelilingi oleh pengikut-pengikutnya (kerabat-kerabatnya) yang berada di Pagelaran untuk memberikan penghormatan kepada penguasa.

Upacara Gerebeg dilakukan tiga kali setiap tahun oleh Keraton Yogayakarta dan Keraton Surakarta, yaitu pada hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam. (Gerebeg Maulud) pada tanggal 12 Maulud), hari raya Idul Fitri (Gerebeg Pasa) pada tanggal 1 Syawal dan hari raya Idul Adha (Gerebeg Besar) pada tanggal 10 Besar.

Dari tiga Garebeg tersebut yang terbesar ialah Garebeg Maulud yang kemudian dirangkaikan dengan Sekaten.

a. Garebeg Maulud 
Gerebeg maulud adalah pesta yang diadakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam pada tanggal 12 Rabiul Awal. Dalam hal ini ada tiga macam perayaan, yaitu, Sekaten (pasar malam), upacara Sekaten itu sendiri, dan Garebeg Maulud.

b. Perayaan Sekaten
Sekaten adalah perayaan yang berbentuk pasar malam yang biasanya berlangsung selama 1–2 minggu, bahkan 1 bulan sebelum upacara Gerebeg Maulud dilaksanakan.

4/16/16

Perkembangan Tradisi Hindu-Budha

Sikap aktif selektif diterapkan bangsa Indonesia terhadap kebudayaan dari luar, artinya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia diseleksi dan disesuikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu, setelah agama dan kebudayaan Hindu–Buddha masuk ke Indonsia terjadilah akulturasi. Perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindu–Buddha dengan kebudayaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.

Seni Bangunan
Wujud akulturasi seni bangunan terlihat pada bangunan candi, salah satu contohnya adalah Candi Borobudur yang merupakan perpaduan kebudayaan Buddha yang berupa patung dan stupa dengan kebudayaan asli Indonesia, yakni punden berundak (budaya Megalithikum).

Seni Rupa dan Seni Ukir
Akulturasi di bidang seni rupa dan seni ukir terlihat pada Candi Borobudur yang berupa relief Sang Buddha Gautama (pengaruh dari Buddha) dan relief perahu bercadik, perahu besar tidak bercadik, perahu lesung, perahu kora-kora, dan rumah panggung yang di atapnya ada burung bertengger (asli Indonesia). Di samping itu, ragam hias pada candicandi Hindu–Buddha dan motif-motif batik yang merupakan perpaduan seni India dan Indonesia.
Perkembangan Tradisi Hindu-Budha

Aksara dan Seni Sastra
Pengaruh budaya Hindu–Buddha salah satunya menyebabkan bangsa Indonesia memperoleh kepandaian membaca dan menulis aksara, yaitu huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Kepandaian baca-tulis akhirnya membawa perkembangan dalam seni sastra. Misalnya, cerita Mahabarata dan Ramayana berakulturasi menjadi wayang "purwa" karena wayang merupakan kebudayaan asli Indonesia. Demikian juga kitab Mahabarata dan Ramayana digubah menjadi Hikayat Perang Pandawa Jaya dan Hikayat Sri Rama, dan Hikayat Maharaja Rahwana. Dalam pertunjukan pewayangan yang merupakan kebudayaan asli Indonesia, isi ceritanya dari India yang bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana. Munculnya punakawan, seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong adalah penambahan bangsa Indonesia sendiri. Ragam hias pada wayang purwa adalah akulturasi seni India dan Indonesia.

Sistem Pemerintahan
Di bidang pemerintahan dengan masuknya pengaruh Hindu maka muncul pemerintahan yang dipegang oleh raja. Semula pemimpinnya adalah kepala suku yang dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan warga lainnya(primus interpares). Raja tidak lagi sebagai wakil dari nenek moyang, tetapi sebagai penjilmaan dewa di dunia sehingga muncul kultus "dewa raja".

Sistem Kalender
Masyarakat Indonesia telah mengenal astronomi sebelum datangnya pengaruh Hindu–Buddha. Pada waktu itu astronomi dipergunakan untuk kepentingan praktis. Misalnya, dengan melihat letak rasi (kelompok) bintang tertentu dapat ditentukan arah mata angin pada waktu berlayar dan tahu kapan mereka harus melakukan aktivitas pertanian. Berdasaran letak bintang dapat diketahui musim-musim yanga ada, antara lain musim kemarau, musim labuh, musim hujan, dan musim mareng. Jadi di Indonesia telah mengenal sistem kalender yang berpedoman pada pranatamangsa, misalnya mangsa Kasa (kesatu) dan mangsa Karo (kedua). Kebudayaan Hindu–Buddha yang masuk ke Indonesia telah memiliki perhitungan kalender, yang disebut kalender Saka dengan perhitungan 1 tahun Saka terdiri atas 365 hari. Menurut perhitungan tahun Saka, selisih tahun Saka dengan tahun Masehi adalah 78 tahun.

Sistem Kepercayaan
Nnenek moyang bangsa Indonesia mempunyai kepercayaan menyembah roh nenek moyang (animisme) juga dinamisme dan totemisme. Namun, setelah pengaruh Hindu– Buddha masuk terjadilah akulturasi sistem kepencayaan sehingga muncul agama Hindu dan Buddha. Pergeseran fungsi candi. Misalnya fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan, sedangkan di Indonesia candi di samping tempat pemujaan juga ada yang difungsikan sebagai makam (biasanya raja/pembesar kerajaan).

Filsafat
Akulturasi filsafat Hindu Indonesia menimbulkan filsafat Hindu Jawa. Misalnya, tempat yang makin tinggi makin suci sebab merupakan tempat bersemayam para dewa. Itulah sebabnya raja-raja Jawa (Surakarta dan Yogyakarta) setelah meninggal dimakamkan di tempat-tempat yang tinggi, seperti Giri Bangun, Giri Layu (Surakarta), dan Imogiri (Yogyakarta).

4/2/16

Pertumbuhan & Perkembangan Nasionalisme di Cina

Mulai pertengahan abad ke-17 (1644), Cina berada dibawah kekuasaan dinasti asing, yaitu Dinasti Manchu. Di bawah pemerintahan Kaisar Kang Hsi (1662-1722) dan Chien Lung (1736-1796), Cina mengalami masa kejayaan. Akan tetapi, setelah meninggalkan kedua kaisar tersebut. Dinasti Manchu berangsur-angsur mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh.

1. Perang Candu (1839-1842)
Berawal dari aktifivitas Inggris yang memasukkan candu secara besar-besaran ke Cina tanpa membayar bea cukai menyebabkan Cina (Lin Tse Hu) membuang 20.000 peti candu seharga 9 juta dollar ke laut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara Cina dan Inggris sehingga meletuslah Perang Candu. Perang berakhir dengan kemenangan Inggris dan diakhiri dengan Perjanjian Nanking, 29 Agustus 1842. Perjanjian Nanking isinya antara lain adalah sebagai berikut:
a. Cina menyerahkan Hongkong kepada Inggris.
b. Cina mengganti kerugian perang sebesar 6 juta dollar.
c. Lima kota pelabuhan (Canton, Amoy, Foochow, Ningpo, dan Shanghai) dibuka untuk perdagangan asing.

Kekalahan Cina dalam Perang Candu ini mengakibatkan martabat bangsa Cina menurun dan suramnya Dinasti Manchu di dunia Internasional.

2. Pemberontakan Tai Ping
Pemberontakan ini dilakukan oleh rakyat Cina yang bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan Dinasti Manchu. Adapun sebab-sebab timbulnya pemberontakan Tai Ping adalah sebagai berikut:
a. Lenyapnya kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchu akibat kekalahannya dalam Perang Candu.
b. Rakyat yang sudah menderita masih dibebani pajak yang tinggi untuk mengganti kerugian perang.
c. Timbulnya semangat nasionalisme.
d. Berkembangnya agama Kristen.

Pemberontakan Tai Ping meletus pada tahun 1851 di Kwangsi di bawah pimpinan Hung Hsiu Chuan. Dengan paham Kristennya, Hung ingin membebaskan rakyat Cina dari kekuasaan Dinasti Manchu yang korup dan bobrok. Di Nanking, Hung Hsiu Chuan berhasil mengankat dirinya menjadi raja dengan gelar Tien Wang (Kaisar Langit) dan kerajaannya dinamakan Tai Ping Tien Kuo (Kerajaan Surga yang Abadi). Namun pemberontakan ini akhirnya berhasil dipadamkan oleh Dinasti Manchu pada tahun 1864.

3. Perang Cina-Jepang 1 (1894-1895)
Lama sebelum perang berlangsung, Korea adalah negeri jajahan Cina. Namun mulai 1894 Jepang menaruh perhatian yang sangat besar kepada Korea sehingga berusaha merebutnnya dengan melawan Cina. Perang berakhir dengan kemenang Jepang dan diakhiri dengan Perjanjian Shimonoseki, 17 April 1895. Isi Perjanjian Shimonoseki adalah sebagai berikut:
a. Cina mengakui kemerdekaan Korea.
b. Cina harus menyerahkan Kepulauan Pescadores dan Taiwan kepada Jepang.
c. Cina harus membayar ganti kerugian besar sebesar 200 juta tael.

4. Pemberontakan Boxers
Gerakan Boxers semula anti terhadap Dinasti Manchu, namun oleh Kaisar Janda Tua, yakni Ibu Tzu Hsi, kemudian dibujuk supaya anti terhadap Barat. Boxes mengepung perwakilan Barat yang ada di Peking.
Karena merasa terancam, negara-negara Barat yang mempunyai perwakilan di Peking kemudian membentuk pasukan internasional. Berkat pasukan internasional gerakan Boxers berhasil dipadamkan dan diakhiri dengan Protokol Peking 1901.

Timbulnya Nasionalisme Cina
Sebab-sebab timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut.
1. Lenyapnya kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchu. Dinasti Manchu yang pernah membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi pudar setelah kedua kaisar besar (K'ang Hsi dan Ch'ien Lung) meninggal. Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina.
2. Pemerintahan Manchu dianggap kolot dan telah bobrok.
3. Adanya korupsi dan pemborosan yang merajalela, terutama di kalangan Istana Manchu.
4. Kekalahan Cina dalam Perang Cina–Jepang I.
5. Munculnya kaum intelektual Cina. Mereka telah mengenal pahampaham Barat, seperti liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Dari kaum intelektual inilah kemudian muncul cita-cita untuk menggulingkan pemerintahan Manchu.

Ajaran Dr. Sun Yat Sen
Kekalahan demi kekalahan diderita oleh Cina akibat pemerintahan Manchu yang makin lemah. Hal ini menyadarkan rakyat Cina, terutama kaum muda untuk bangkit menyelamatkan bangsa dan negaranya. Dari kelompok inilah, kemudian tampil salah seorang tokoh nasional Sun Yat Sen dengan ajarannya San Min Chu I (Tiga Asas Kerakyatan), yaitu
1. Min T'sen (kebangsaan atau nasionalisme).
2. Min Tsu (kerakyatan atau demokrasi).
3. Min Sheng (kesejahteraan atau sosialisme).

Dengan asas San Min Chu I, Sun Yat Sen bercita-cita setelah Manchu runtuh akan dibentuk satu pemerintahan pusat yang demokratis. Di samping itu, akan mengangkat harkat dan martabat bangsa Cina sejajar dengan negara-negara Barat. Ia berhasil mengadakan pendekatan kepada rakyat dan menghimpun kekuatan rakyat di Cina Selatan untuk menggulingkan Manchu.
Pada tanggal 10 Oktober 1911 meletuslah revolusi di Wuchang (Wuchang Day) di bawah pimpinan Li Yuan Hung dan berhasil menggulingkan kekuasaan Manchu. Itulah sebabnya, tanggal 10 Oktober 1911 kemudian dijadikan hari Kemerdekaan Cina. Dengan Revolusi Cina 1911, berarti runtuhlah kekuasaan Manchu. Selanjutnya, pada tanggal 1 Januari 1912 Sun Yat Sen dipilih sebagai Presiden Cina yang baru. Saat itu, wilayah Cina baru meliputi wilayah Cina Selatan dengan Nanking sebagai ibu kotanya.

Cina Utara diperintah oleh Kaisar Hsuan Tsung (yang masih kanak-kanak) dengan didampingi oleh Yuan Shih Kai menyerahkan kekuasaan kepada rakyat Cina (12 Februari 1912). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Manchu di Cina. Wilayah Cina Selatan dan Cina Utara berhasil dipersatukan. Yuan Shih Kai yang turut menandatangani penyerahan kekuasaan dan diberi kekuasaan untuk mengaturnya. Ia pun berambisi besar untuk menjadi presiden. Demi tetap tegaknya Republik Cina dan untuk terhindar dari perang saudara maka Sun Yat Sen mengundurkan diri dari jabatan presiden (15 Februari 1912) dan menyerahkannya kepada Yuan Shih Kai. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Canton pada bulan Agustus 1912 dan mendirikan Partai Kuo Min Tang (nasional) dengan asas San Min Chu I.
Pada perkembangannya, setelah Yuan Shih Kai menjadi presiden, ia bertindak diktator seperti kaisar. Pada tahun 1916, Yuan Shih Kai meninggal sehingga memberi kesempatan Sun Yat Sen kembali memimpin Cina Selatan. Di Cina Utara kemudian berdiri Partai Kung Chang Tang (komunis) di bawah pimpinan Li Li-san sebagai tandingan Partai Kuo Min Tang. Sun yat Sen bercita-cita untuk menyatukan seluruh Cina, namun sayang citacitanya belum terwujud telah meninggal dunia ( 1925) dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.

4/1/16

Pertumbuhan & Perkembangan Nasionalisme di Jepang

Sejak pemerintahan Shogun Tokugawa (pada abad ke-17), Jepang melakukan politik isolasi, artinya menarik diri dari dari pengaruh asing-Barat. Politik isolasi ini mulai dijalankan oleh Tokugawa Ieyasu (1639) dan diteruskan oleh para penggantinya. Tujuan politik isolasi adalah untuk menjamin tetap tegaknya pemerintahan Shogun dan mencegah masuknya pengaruh asing(Barat).

Selama Jepang menutup diri, dunia Barat terus melaju pesat dengan industri dan teknologinya. Untuk itu bangsa-bangsa Barat membutuhkan daerah pasaran hasil Industri. Amerika Serikat merupakan salah satu bangsa Barat yang ingin masuk ke jepang untuk membuka hubungan dagang.
Pertumbuhan & Perkembangan Nasionalisme di Jepang
Pada tahun 1846, Amerika Serikat mengirimkan utusannya ke Jepang dibawah pimpinan Laksmana Biddle, tetapi ditolak oleh Shogun. Pada tahun 1853, Amerika Serikat mengirimkan lagi utusan lengkap dengan kapal perangnya di bawah pimpinan Matthew Commodore Perry. Perry menghadap Shogun dan meminta agar Jepang mau membuka kota-kota pelabuhannya untuk perdagangan internasional. Pemerintah Jepang minta waktu untuk memikirkan permintaan Amerika Serikat. Perrt bersama rombongannya kembalike Amerika.

Pada tahun 1854, rombongan Perry lengkap dengan tujuh kapal perangnya mendarat lagi di Yedo, dan berhasil memaksa Shogun Iyesada (1853-1858) untuk menandatangani Perjanjian Kanagawa (31 Maret 1854) yang isinya: Kota pelabuhan Shimoda dan Hokodate dibuka untuk perdagangan asing. Dengan demikian, runtuhlah politik isolasi Jepang sehingga negara tersebut terbuka untuk bangsa asing.

Sejak saat itu, Jepang menyadari akan ketertinggalannya dengan bangsa-bangsa Barat. Yang menjadi sasaran kemarrahan rakyat Jepang adalah pemerintahan Shogun. Yoshinobu dipaksa turun tahta dan menyerahkan kekuasaannya kepada Kaisar Mutsuhito (Kaisar Meiji) pada tanggal 8 September 1867. Secara resmi Kaisar Meiji memerintah Jepang dari tanggal 25 Januari 1868 sampai dengan 30 Juli 1912.

Nasionalisme Jepang
Terbukanya Jepang bagi bangsa asing yang disusul dengan runtuhnya kekuasaan Shogun dan tampilnya Kaisar Meiji (Meiji Tenno), menandai bangkitnya nasionalisme Jepang. Pada tanggal 6 April 1868, Kaisar Meiji memproklamasikan Charter Outh (Sumpah Setia) menuju Jepang baru yang terdiri atas lima pasal.
1. Akan dibentuk parlemen.
2. Seluruh bangsa harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan.
3. Adat istiadat yang kolot dan yang menghalangi kemajuan Jepang harus dihapuskan.
4. Semua jabatan terbuka untuk siapa saja.
5. Mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan bangsa dan negara.

Untuk mencapai cita-cita tersebut maka Meiji Tenno melaksanakan pembaharuan atau restorasi. Itulah sebabnya Kaisar Meiji kemudian dikenal dengan Meiji Restorasi. Restorasi yang dilakukan meliputi segala bidang, yaitu politik, pendidikan, ekonomi, dan militer.
1. Bidang Politik
Langkah pertama yang diambil oleh Meiji Tenno adalah memindahkan ibu kota Jepang dari Kyoto ke Yedo yang kemudian diganti menjadi Tokyo (yang berarti ibu kota timur). Selanjutnya, diciptakan bendera kebangsaan Jepang Hinomoru dan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo. Shintoisme dikukuhkan sebagai agama nasional.
Jabatan Shogun dan daimyo dihapuskan (1868) dan samurai dibubarkan. Para daimyo kemudian diangkat menjadi pegawai negeri, sedangkan para samurai dijadikan tentara nasional. Di bawah pimpinan Ito Hirobumi (kemudian dikenal sebagai Bapak Konstitusi Jepang) pada tahun 1889 berhasil disusun konstitusi Jepang.

2. Bidang Ekonomi
Pembangunan di bidang ekonomi meliputi bidang pertanian, perindustrian, dan perdagangan, namun yang paling berhasil di bidang perindustrian dan perdagangan. Perdagangan Jepang maju pesat berkat dumping policy. Dumping policy adalah menjual barang-barang industri ke luar negeri dengan harga yang lebih murah, dengan tujuan untuk merebut pasaran.

Di bidang industri, muncul golongan baru yang disebut Zaibatsu yang terdiri atas keluarga Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, dan Jassude.

3. Bidang Pendidikan
Sistem pendidikan di Jepang meniru sistem pendidikan Barat. Dasar moral yang diajarkan di semua sekolah adalah Shintoisme dan Budhisme. Pada tahun 1871, dibentuklah Departemen Pendidikan. Selanjutnya pada tahun 1872 dikeluarkan Undang-Undang Pendidikan yang mewajibkan belajar untuk anak-anak umur 6-14 tahun dan bebas uang sekolah. Sistem pendidikannya adalah semimiliter.

4. Bidang Militer
Dalam pembaharuan angkatan perang yang mempunyai peranan besar adalah keluarga Chosu dan Satsuma. Keluarga Chosu menangani pembaharuan Angkatan Darat dengan mencontoh Prusia (Jerman), sedangkan keluarga Satsuma menangani pembaharuan Angkatan Laut dengan mencontoh Inggris. Bersamaan dengan modernisasi angkatan perang ini dihidupkan kembali ajaran bushido sebagai jiwa kemiliteran.

Latar Belakang Jepang Menjadi Negara Imperialis
Restorasi telah berhasil mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara Jepang. Jepang menjadi negara maju, modern, dan sejajar dengan negara-negara Barat. Hal ini kemudian menimbulkan ambisi untuk melakukan imperialisme seperti negara-negara Barat. Adapun latar belakang Jepang menjadi negara imperialis adalah sebagai berikut:
1. Adanya pertambahan penduduk yang cepat.
2. Adanya perkembangan industri  yang begitu pesat, butuh daerah pasaran dan bahan mentah.
3. Adanya pembatasan migran Jepang yang dilakukan oleh negara-negara Barat.
4. Pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko I Chi-u (dunia sebagai keluarga), dimana Jepang terpanggil untuk memimpin bangsa-bangsa di dunia.

Ambisi imperialisme Jepang menyebabkan Jepang terlibat dalam peperangan. Untungnya, dalam setiap peperangan Jepang selalu mendapatkan kemenangan. Perang China-Jepang I (1894-1895) dimenangkan oleh Jepang dan diakhiri dengan Perjanjian Shimonoseki (1895). Hasilnya, Jepang memperoleh Kepulauan Pescadores dan Taiwan. Perang Rusia-Jepang (1904-1905) dimenangkan oleh pihak Jepang dan diakhiri dengan Perjanjian Portsmouth (1905). Hasilnya Jepang mendapatkan Shakalin Selatan dan menggantikan posisi Rusia di Manchuria. Kemenangan Jepang ini memberikan pengaruh yang besar bagi tumbuhnya nasionalisme di negara-negara Asia dan Afrika.

Dalam Perang DUnia I, Jepang juga ikut terlibat perang dan memihak kepada Sekutu. Jepang berhasil menyapu pasukan Jerman di Cina ataupun di Pasifik. Itulah sebabnya setelah perang berakhir dengan kekalahan di pihak Jerman, Jepang memperoleh daerah bekas jajahan Jerman, seperti Shantung (di China), Kepulauan Marshal, Mariana, dan Caroline (di Pasifik). Dengan demikian, sampai dengan berakhirnya Perang Dunia I, Jepang telah berhasil menguasai banyak daerah. Jepang telah muncul menjadi negara besar.

3/31/16

Pengertian Demokrasi & Sejarah Demokrasi

Pengertian demokrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya. Atau lebih gampangnya adalah pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.
Menurut asal bahasanya, demokrasi berasal dari dua kata Yunani, yaitu demos dan kratien. Demos berarti rakyat, sedangkan kratien berarti pemerintahan.
Pengertian Demokrasi

Lahirnya Paham Demokrasi
Penggagas ide pemerintahan demokrasi adalah Jean Jacqued Rousseau. Dalam bukunya Du Contract Social dinyatakan bahwa menurut kodratnya manusia lahir dalam keadaan merdeka. Dalam masyarakat yang teratur masing-masing orang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian bersama (Du Contract Social) untuk membentuk suatu pemerintahan. Kekuasaan pemerintah diperoleh dari persetujuan rakyat yang diperintah, untuk menyejahterakan rakyat. Apabila pemerintah yang dibentuk justru mengakibatkan kesengsaraan rakyat maka hak rakyatlah untuk mengubah atau menghapuskan dan membentuk pemerintahan baru yang lebih baik demi kesejahteraan rakyat.

Suatu Negara yang dianggap sebagai eksperimen demokrasi modern adalah Amerika Serikat. Dalam Declaration of Independence dinyatakan bahwa semua manusia diciptakan sama dan oleh Tuhan telah dikaruniakan beberapa hak asasi  di antaranya adalah life, liberty, and the persuit of happines (hidup, kemerdekaan, dan mencapai kebahagiaan). Untuk menjamin hak-hak tersebut, dibentuklah pemerintahan yang kekuasaannya dari rakyat. Itulah yang kemudian dikenal dengan pemerintahan demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Dari Amerika Serikat, paham demokrasi kemudian menyebar ke seluruh Eropa, dan selanjutnya masuk ke daerah-daerah jajahan Asia dan Afrika. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya gerakan nasional menentang penjajahan asing untuk mencapai kemerdekaan. Dewasa ini sebagian besar negara-negara dunia mempunyai bentuk pemerintahan yang demokratis.

Masuknya paham-paham baru dari Eropa dan Amerika sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan nasionalisme di Asia dan Afrika.

3/30/16

Pengertian Sosialisme/Komunisme & Sejarah Perkembangannya

Pengertian Sosialisme
Sosialisme adalah suatu paham yang menghendaki segala sesuatu harus diatur bersama dan hasilnya dinikmati bersama-sama. Dengan kata lain, sosialisme adalah paham yang menghendaki kemakmuran bersama.

Lahirnya Sosialisme
Sekalipun gerakan-gerakan yang dinamakan sosialisme (gerakan memprotes terhadap kepincangan yang ada dalam masyarakat) telah lama muncul, tetapi istilah sosialisme baru pertama kali digunakan pada tahun 1827 dalam majalah perkoperasian oleh Robert Owen.

Sosialisme sebagai suatu gerakan politik yang efektif dan terorganisir baru muncul di Eropa pada abad ke-19 sebagai ekses-ekses dari Revolusi Industri. Adanya penemuan baru di bidang teknologi telah membuka cakrawala baru di bidang industri dan perdagangan. Selanjutnya, muncullah golongan pengusaha atau pemilik modal yang hidup makmur. Sebaliknya, golongan buruh dengan upah rendah hidup melarat dan menderita. Keadaan inilah kemudian menimbulkan kritik yang tajam terhadap sistem ekonomo kapitalis yang berdasarkan paham liberal. Kritik tersebut dilontarkan oleh golongan yang menganut paham sosialis.
Paham sosialis terbagi dua macam yaitu:
1. Sosialisme Otopis
Tokoh-tokoh seperti Saint Simon, Charles Fourier, dan Robert Owen tergugah oleh kesengsaraan rakyat akibat Revolusi Industri. Mereka ingin menciptakan masyarakat baru atas dasar suatu ide, cita-cita yaitu masyarakat yang lebih baik dan lebih adil. Mereka ingin memperbaiki nasib kaum buruh agar dapat hidup dengan layak.

Cara yang mereka tempuh antara lain mengatur dan mengendalikan kekuatan ekonomi untuk diserahkan kepada ahli-ahli industri dan kaum teknokrat, mengurangi jam kerja, serta mendirikan dan menyelenggarakan pendidikan tanpa memungut biaya. Ternyata hal ini hanya berjalan 2-3 tahun. Mereka tidak menyadari bahwa tanpa konsepsi yang jelas dan upaya yang gigih, cita-cita akan tinggal cita-cita. Ide mereka gagal, itulah sebabnya mereka mendapat julukan Sosialis Otopis.

2. Sosialisme Ilmiah
Tokoh Sosialis ilmiah ialah Karl Max yang juga terkesan oleh kesengsaraan rakyat akibat Revolusi Industri. Pahamnya didasarkan pada ilmu pengetahuan, yaitu teori historis materialistis. Berdasarkan teori ini materilah yang memengaruhi segalanya, materilah yang menjadi ukurannya. Untuk mencapai suatu hidup yang layak bagi kaum buruh (golongan proletar) maka perlu perjuangan sehingga muncullah konsep perjuangan kelas.

Ajaran Karl Max yang kemudian dikenal dengan nama Marxisme atau Komunisme yang diterapkan olej Lenin di Rusia sehingga muncullah Marxisme-Leninisme. Sistem ekonomi sosialis bertentangan dengan sistem ekonomi kapitalisme dan berusaha untuk menghancurkannya diseluruh dunia.

Perkembangan Sosialisme
Paham sosialis kemudian diterapkan oleh banyak negara di dunia, terutama di negara-negara yang kemudian dikenanal dengan blok Barat dan blok Timur. Sosialisme di blok Barat dikenal dengan nama sosialisme barat atau sosialisme demokrat, sedangkan sosialisme di blok Timur dikenal dengan nama aososialisme yang merupakan tahap awal dari komunisme, suatu tahap yang pada masa mendatang/kemudian akan menjadi komunisme penuh (full communism). Komunisme inilah yang bertumpu pada ajaran Marxisme-Leninisme.

3/27/16

Pengertian Liberalisme, Sejarah Liberalisme, dan Praktik Liberalisme

Apakah liberalisme itu? Liberalisme  adalah sebuah ideologi, filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Kata-kata liberal, liberty, libertian, dan libertine semua berasal dari bahasa latin 'liber' yang berarti 'bebas'.
Dapat diartikan juga bahwa liberalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya kebebasan individu dalam segala bidang. Menurut paham liberalisme titik pusat dalam hidup ini adalah individu. Setiap individu harus memiliki kebebasan kemerdekaan, seperti dalam bidang politik, ekonomi, dan agama.
Liberalisme
Lahirnya Liberalisme
Lahirnya liberalisme untuk pertama kalinya dikobarkan oleh kaum Borjuis di Prancis pada abad ke-18 sebagai reaksi protes terhadap kepincangan yang telah berakar lama di Prancis. Sebagai akibat warisan sejarah masa lampau, di Prancis terdapat dan perbedaan yang tajam sekali antara golongan I dan II yang memiliki hak tanpa kewajiban dan golongan III yang tanpa hak dan penuh dengan kewajiban.

Golongan Borjuis mengajak seluruh rakyat untuk menentang kekuasaan raja yang bertindak sewenang-wenang dan kaum bangsawan dengan berbagai hak istimewanya guna mendapatkan kebebasan berpolitik, berusaha, dan beragama. Ferkana ini diilhami oleh pendapat Voltaire, Montesquieu, dan J.J. Rousseau. Gerakan liberalisme akhirnya meningkat menjadi gerakan politik dengan meletusnya Revolusi Perancis. Selanjutnya lewat kekuasaan Napoleon Bonaparte, paham liberal ini disebarluaskan ke negara-negara Eropa melalui semboyan liberte, egalite, dan fraternite.

Praktik Liberalisme
Bidang Politik
Terbentuknya suatu negara merupakan kehendak dari individu-individu. Oleh karena itu, yang berhak mengatur dan menentukan segala-galanya adalah individu-individu tersebut. Dengan kata lain, kekuasaan tertinggi(kedaulatan) dalam suatu negara berada di tangan rakyat(demokrasi). Agar supaya kebebasan, kemerdekaan individu tetap dijamin dan dihormati, maka harus dibentuklah undang-undang, hukum, parlemen, dan sebagainya. Dengan demikian, yang dikehendaki oleh golongan liberal adalah demokrasi liberal. Hal ini seperti yang berlaku di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat.

Bagi Indonesia, demokrasi liberal tidak cocok dan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Ketika paham ini diterapkan di Indonesia pada tahun 1950-1959, yaitu masa berlakunya UUD Sementara 1950, negara kita selalu diliputi kekalutan karena menimbulkan instabilitas di segala bidang, baik politik, sosial, ekonomi, maupun keamanan.

Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, golongan liberal menghendaki adanya sistem ekonomi bebas. Tiap-tiap individu harus memiliki kebebasan berusaha, memilih mata pencaharian yang disukai, mengumpulkan harta benda, dan lain-lain. Pemerintah tidak boleh ikut campur tangan karena masalah itu adalah masalah individu.

Semboyan kaum liberal ialah laisser faire, laisser passer, le monde va de luimeme, artinya : produksi bebas, perdagangan bebas, dunia akan berjalan sendiri.

Bidang Agama
Liberalisme menganggap masalah agama merupakan masalah pribadi, masalah individu. Tiap-tiap individu harus memiliki kebebasan kemerdekaan beragama dan menolak campur tangan negara/pemerintah. Dengan demikian, dalam bidang agama, golongan liberal menghendaki kebebasan memilih agama yang disukainya dan bebas menjalankan ibadah menurut agama yang dianutnya.

3/25/16

Pengertian & Sejarah Lahirnya Nasionalisme

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (Bahasa Inggris) atau natie (Bahasa Belanda) yang berarti bangsa. Bangsa adalah sekelompok manusia yang diam di wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemauan untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan. Dengan demikian, pengertian nasionalisme dapat diartikan sebagai semangat kebangsaan, yaitu cinta terhadap bangsa dan tanah air. Dengan kata lain nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa kesetiaan tertinggi seseorang ditujukan kepada negara kebangsaannya.

Nasionalisme untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada akhir abad ke-18. Lahirnya paham nasionalisme diikuti dengan terbentuknya negara kebangsaan. Pada mulanya terbentuknya negara kebangsaan dilatarbelakangi oleh faktor-faktor objektif seperti persamaan keturunan, adat istiadat, tradisi, dan agama. Akan tetapi, kebangsaan yang dibentuk atas dasar nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup bersama dalam negara kebangsaan. Sejalan dengan ini, rakyat Amerika Serikat tidak menyatakan bahwa mereka harus satu keturunan untuk membentuk suatu bangsa. Sebab, disadari bahwa penduduk Amerika Serikat terdiri atas berbagai suku bangsa, asal-usul, adat istiadat, dan agama yang berbeda.
Lahirnya Nasionalisme Eropa
Nasionalisme Eropa lahir dalam masa peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Proses peralihan ini terjadi pada abad ke 18 yang didahului dengan lahirnya paham liberalisme dan kapitalisme. Lahirnya liberalisme dan kapitalisme karena pengaruh Revolusi Industri dan Revolusi Prancis.

Dengan semangat persaingan bebas dari paham liberalisme dan dibesarkan dalam masyarakat bercorak industri-kapitalis maka nasionalisme yang demikian tumbuh menjadi suatu aliran yang penuh emosi dan sentimen. Dengan kata lain tumbuh menjadi chauvinisme.

Nasionalisme Eropa berkembang bebas dan melahirkan kolonialisme, yaitu nafsu untuk mencari tanah jajahan sebanyak mungkin. Oleh karena itu imperialisme dan kolonialisme adalah anak kandung dari politik industri. COlonialism is the daughter of Industriak Policy.

Lahirnya Nasionalisme Asia-Afrika
Nasionalisme Asia Afrika merupakan gerakan yang menentang imperialisme dan kolonialisme bangsa-bangsa Barat. Maksud dari nasionalisme Asia dan Afrika adalah aliran yang mencerminkan kebangkitan bangsa-bangsa Asia dan Afrika sebagai reaksi terhadap imperialisme dan kolonialisme bangsa-bangsa Barat.

1/27/16

Sejarah Kerajaan Medang Kamulan

Letak Geografis Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan diperkirakan terletak di Jawa Timur, tepatnya di muara Sungai Brantas. Ibu kota Kerajaan Medang Kamulan adalah Watan Mas. Kerajaan ini didirikan oleh Mpu Sindok setelah Mpu SIndok memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pada awalnya wilayah kekuasaan Kerajaan Medang mencakup daerah Nganjuk, Pasuruan, Surabaya, dan Malang. Dalam perkembangannya wilayah kerajaan mencakup hampir seluruh wilayah Jawa Timur.
Kerajaan Medang Kamulan

Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Medang Kamulan
Sumber-sumber sejarah yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Medang Kamulan diantaranya adalah Prasasti Mpu Sindok dan Prasasti Kalkuta. Prasasti Mpu Sindok ditemukan di Tangeran, Bangil, dan Nganjuk. Prasasti bertahun 933 M yang ditemukan di Tangeran, Jombang mmenyebutkan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah Kerajaan Medang Kamulan bersama permaisurinya Sri Wardhani Mpu Kebi. Selain Prasasti Mpu Sindok, sumber sejarah lain yang menerangkan Kerajaan Medang Kamulan adalah Prasasti Kalkuta yang berangka tahun 951 M berasal dari Raja Airlangga dan menyebutkan silsilah keturunan raja-raja dari Raja Mpu Sindok. Dari beberapa sumber yang ditemukan, diketahui bahwa sebelum menjabat sebagai raja, Mpu Sindok pernah memangku jabatan sebagai rakai i halu dan rakai mapatih i hino di Kerajaan Mataram Hindu. Kedua gelar ini biasasnya dipakai oleh seorang putra raja. Jadi, dapat disimpulkan  bahwa Mpu Sindok adalah putra mahkota kerajaan Mataram Kuno.

Sistem Pemerintahan Kerajaan Medang Kamulan
Sejak berdiri dan berkembang, Kerajaan Medang Kamulan memiliki raja-raja yang memerintah kerajaan tersbut, diantaranya adalah:
1. Mpu Sindok, memerintah Kerajaan Medang Kamulan dengan gelar Sri Isyanatunggadewa. Mpu Sindok termasuk keturunan Dinasti Sanjaya (Mataram Kuno). Karena desakan dari Kerajaan Sriwijaya, maka Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
2. Dharmawangsa, merupakan seorang raja besar. Dharmawangsa percaya bahwa kedudukan ekonomi Kerajaan Sriwijaya yang kuat merupakan ancaman bagi Kerajaan Medang Kamulan. Dharmawangsa melakukan penyerangan ke Sriwijaya, tetapi selang beberapa tahun kemudian Sriwijaya menyerang balik Medang Kamulan.
3. Airlangga, dalam Prasasti Kalkuta disebutan bahwa raja Airlangga masih termasuk keturunan Mpu Sindok dari pihak ibunya yang bernama Mahendradata yang menikah dengan Raja Udayana.

1/26/16

Sejarah Kerajaan Syailendra

Letak Geografis Kerajaan Syailendra
Berdasarkan bukti-bukti berupa candi, letak geografis Kerajaan Syailendra meliputi wilayah Yogyakarta sekarang dan sekitarnya. Pada masa pemerintahan Balaputra Dewa, pusat pemerintahan berada di daerah pegunungan sebelah selatan. Hal itu diketahui berdasarkan bukti atas ditemukannya peninggalan istana Ratu Boko.

Sumber Sejarah Kerajaan Syailendra
Sumber-sumber sejarah kerajaan syailendra dapat diketahui dari prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan. Antara lain prasasti kalasan yang berangka tahun 778 M, prasasti Ratu Boko yang bertarikh 856 M, dan prasasti Nalanda bertahun 860 M.
Sumber sejarah keberadaan Kerajaan Syailendra adalah peninggalan-peninggalan candi seperti candi Borobudur, candi Mendut, candi Kalasan, candi Pawon, candi Sewu, dan candi-candi lainnya.
Candi Borobudur
Sistem Pemerintahan Kerajaan Syailendra
Berdasarkan prasasti yang telah ada, diketahui beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Syailendra. Namun tidak semuanya dapat diketahui sistem pemerintahannya. Raja-raja yang berhasil diketahui masa pemerintahannya diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Raja Indra, pada masa pemerintahannya kerajaan menjalani politik ekspansi. Perluasan wilayah dilakukan untuk menguasai daerah yang berada disekitar selat Malaka.
2.Ra Samaratungga, pada masa pemerintahannya dibangun sebuah candi yang sangat megah, yaitu Candi Borobudur. Upaya pembangunan candi yang besar itu menunjukkan bahwa kehidupan rakyat kerajaan Syailendra pada waktu itu mengalami masa kejayaan.

Keadaan Masyarakat Kerajaan Syailendra
Dari bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli sejarah menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Syailendra sudah sangat teratur. Hal tersebut dapat diketahui melalui cara pembuatan candi menggunakan tenaga rakyat secara bergotong royong. Pembuatan candi menunjukkan rakyat Kerajaan Syailendra sangat taat dan mengkultuskan raja.
 
Loading...